Dark WallpapersPicnik: photo editing awesomeness Innovative PPC platform.
   
  MERENTANG HATI
  juang
 

Terbuncah juang

Ketika kembara api muda belia

Darah juang belumlah penuh hati

Gembor gembor besutan kotor kata

Suarakan meraka dalam durinya api


coba berkata suasana penuh derita

seperti biduk yang hilang sendiri

terselimut kabut imaji didada saya

lalu mengemas semua kata dengki


kini setelah darah terasa penuh

saya rentang semangat kian kobar

terbesut indah kata bijaksana disepuh

demi mereka yang dipagut gentar


meski hanya baitan baitan jiwa

saya harap semakin membikin kekar

dari sebuah jalanan berdebu kotornya

kusepuh kerikil lariknya emas pendar


mengetahui artian darah juang disini

hanya puisi meskipun telingamu jenuh

memintal sutra merah darah dihati

takkan rela meski darah terbuncah!

 

Val

08-may-2008/darah juang yang meradang

Gundulmesem@yahoo.com

 

Kekasih yang menangis

Desingan peluru menari mengekor jiwa

Dentuman mortir mengguntur pada diri

Darah merayap sekujur kulitnya raga

Jeritan menggaung suarakan nada mati


Berikan saja doa penuhnya cinta

Titipkan pula malaikat muka maut

Berilah sedikit senyum agar lega

Ciprat darah disurat kaulihat menyemut!


Darahku untuk Negara yang pertiwi

Duka hanya teruntuk yang tersiksa

Nyanyilah bersama jiwa jiwa dihati

Demi Negara juga demimu…cinta


Kasihku sampai disini kurasa raga

Jangan tangisi daku ketika mati

Hendak baca sebelum masuk pusara

Surat terakhir dibalik keranda hati


Kubur jasadku dibawah ceria tawa

Cerita merdeka bagi Negara terkini

katanya merdeka..merdeka..apakah nyata?

“Benarkah merdeka telah hadir disini?”

 

Lalu sang kekasih pahlawan berlinang… menangis

 

Val

08-may-2008/merdekalah kata mereka

Gundulmesem@yahoo.com

 

Elegi pagi negara

elegi pagi ketika diriku termangu
Embun segar menanti tantingan bunga
Tiada rasa nikmat dalam merindu
Sekadar melihat raga beralas duka

Terbaca sekian airmata dari mimiknya
Terseka tangan keriput terkikis tangis
Sebiru angkasa yang berganti jelaga
Seputih uban yang merajut kepala

Sudut lainya wayangkan bocah meringis
Menggugat rasa lapar seakan meraja
Ribuan kali mereka mati sempurna terlukis
Matinya telah menjadi cerita manusia


Sedingin udara pagi yang kuraba
Berapa banyak lagi airmata tersambut
Dalam megahnya gaung makmur negara
Sejenak terhenti airmata yang melarut


**val


Padamu negeri?

Merah putih dalam hatiku berkibar
Tertiup angin samudera asin airmata
bertiang tulang para patriot memudar
ditangan surya tersurat lembar sungkawa

negaraku yang kucintai mengapa begini
digerogoti lalu menyempit bagi rakyatnya
babi babi lokal berpesta setiap hari
memakan belulang para pahlawan bangsa

tak kudengar nyanyian padamu negeri
tiang bendera mulai rapuh bergoyang
termakan hasutan terkerat kerak dengki
pahlawan pahlawan tinggal bayang saying

Kartini kudengar bernyanyi juang sendiri
Soekarno kulihat berlinang airmata duka
Sudirman tinggal sebuah anumerta diri
Ribuan lainya tak mampu berkata
**val
 
 
KEMBALI KE ATAS


 
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free