Dark WallpapersPicnik: photo editing awesomeness Innovative PPC platform.
   
  MERENTANG HATI
  prosa
 
DIARI MANAKALA HUJAN

Hujan itu merinai mewujud dalam helaian helaian rambut bidadari berwarna keperak-perakan menali angkasa basahi tanah kembali, berjabat dengan rumput yang tiada lahan sebab tanah terjual dalam meterai dan atas nama dalam petak keseharian.
Sementara seorang lelaki muda terkurung hujan membalutnya dalam rintik kehampaan, kadang ia bicara pada angkasa lalu tertunduk mencoba baca mendung yang masih menggulung surya.
Ketika itu roda hitam melindas terbaur dengan derap dari kaki kaki para manusia lupa siapa, dengan jumawa hanya pandangi lalu seakan meludah dalam raut muka kejijikan "CUIHH!".
Sejenak kemudian lelaki muda menyeret kakinya untuk berdiri tegap menatap surya berbalut mega..(tidak ada), hanya tatapan kosong penuh kecewa, lalu julurkan lidahnya mencecap rinai hujan yang seakan raksasa mencoba menjilat angkasa “kemudian kembali tertunduk sambil menutup parasnya dari sengatan prasangka sendiri.
Sementara hujan masih saja merajam semesta melubangi setitik demi setitik, lelaki muda tatap kali winonongo yang suka meluap riaknya membuncah mengajaknya tuk muntahkan seluruh dengki dan iri “mengajaknya untuk kembali meniti setiap butiran doa yang dahulu sirna dimakan raksasa dikunyah prasangka dicuri babi babi lokal.
Lalu entah berapa lama dia menangis tersedu meski dikeramaian rinai hujan layak sebuah tawa gembira namun menyayat luka.
Berdirilah lelaki mudfa berjalan pelan menyeret rumput yang suka tempeli, saat itu arus winongo seakan tau deritanya dengan semakin bergolak laksana samudera tanpa nama siap melahap semua cerita duka dan gagal hidup lelaki muda.
Sejenak kulihat hatinya berpaling pada awan bicarakan sekeras raungan
“ wahai dunia ibuku acuhkan aku, ayahku sisipkan aku dihilangkan!!” belenggu ketiadaan menyeretnya memaksa hatinya menimpa kakinya segera gembira sejenak.
Semakin hujan deras kakinya lincah melompat lompat setinggi tawanya, kemudian sebuah lompatan terakhir hadir membawanya kepada deras arus sungai winongo membelenggun menamparnya “ hantamkan kepalanya pada sebuah padas ditengah” lalu suara bising tiada hanya sebuah derakan “ PRAAKK!!” sebuah kepala pecah hantam kerasnya cadas, sekeras hidup yang dilaluinya, saat itu hujan semakin deras bercampur bisingnya jerit-jerit raungan mesin kota “ada yang bunuh diri!!”

Salam
diari mawar hitam

Diari Sebuah Tapak

Siang itu langkahku berjejalan dengan terpaan debu juga tajam kerikil yang berhamburan membuncah layak gelombang, lewati susuran kota kejam.
Berteman sebatang rokok kretek aku haturkan salam bagi mata yang telah lelah tuk berjalan, meskipun kadang heran lebih kuasai hati tentang sejuta kekalahan yang meradang jiwa jiwa mereka.
Sejenak gemerisik cukilan angin berbisik diantara sesah dan derita mereka “melewati tulang rawan dan juga segenap indera dalam jasadku” coba kudekati satu jiwa yang telah sekian hayatnya merekam segala kejadian tentang kejam kota ini(tubuhnya kering penuhnya luka juga matanya cekung makna parasangka) mulut dan lidahnya kudengar lirih serak merintih..
“ dahulu kota ini berteman dahan dahan bunga dan kepak kepak sayap aneka warna satwa,namun setelah gelombang besar menyapunya.luluh lantak sudah segala peradaban adiluhung,kami semua hilang berganti sikutan tajam dalam juta serapah penuh dendam.”
Kemudian dia hanya diam meski kuhaturkan salam dan seribu maaf mengungkit luka dan derita.
Namun hanya diam merubah mulutnya sedingin kutub sekeras karang samudera, menampik senyumku melahap tanyaku lampiasakan deritanya dalam sematan sembilu teruntai dalam kisah kota kejam.
Siang itu sebuah menara kebangkitan hendak dirubuhkan dengan isakan tangis dan deraian tawa kerongkongan menghina, aku tenggelam dalam suasana tanpa langkah.
kembali aku enggan menatap surya yang kalam derita berkalang kabut mega.

Salam
diari mawar hitam

 Diari Sebuah Benih


menanam bunga mawar dari sebuah benih yang hinggap dalam relung hatiku, saat itu angin kencang hampirkan benih yang merasuk sedalam dalamnya menikam kulitku, hingga menembus kemudian secara halus bercengkrama denganku dalam relung hati terdalam dariku..layak lautan yang tenang bercanda dengan nelayan.
kemudian seorang renta datang manakala kami bersanding dan bercanda dalam kata kata yang saling jalari relung hati terdalamku, mendekati kami , menatap tajam mata kami..lalu seakan hendak menamparku dengan kerasnya

"apa salahku wahai orang tua?"

 orang tua itu hanya diam beku meski urat urat nadinya deras membawa jutaan amarah yang kurasa hingga nafas batu pualam.
orang tua itu hanya melambaikan tangan sebagai isyarat agar aku dan benih dalam relung hatiku segera pindah"MINGGAT!!"

orang tua bicara dengan matanya"kalian hendaknya pergi dari mataku wahai pasangan" setelah berbicara dia merenggut hatiku dengan kejamnya membuang benih dalam relung hatiku MENGINJAKNYA!

!(aku hanya tersungkur memungut benih kembali dalam jarak lindungku) kemudian aku menangis.
dengan arogan orang tua kembali berkata " cinta adalah lebah yang menyengatkan racun dalam dalam hingga kita akan rata dengan tanah, wahai kau pergilah saat kau bercengkrama dengan benih dalam hati sebab bagiku itu adalah cinta" lalu dia melangkah pergi dariku tinggalkan kami sendirian dalam tangisan.
setelah dia pergi...aku bergegas mencungkil tanahk keras dengan tangisku sedalam airmata ini meresap dan membuat tanah lembab..kemudian tanganku dan jemariku menanam benih bekas cengkrama relung hatiku.

Salam
diari mawar hitam


Diari Sebatang Rumput


Sekian tapak telah kujejakan ditanah lembab pedesaan, berjuta lambaian telah kusingkap dari pekat malam yang menerabas sisa sisa kehidupan yang hampir meninggal.
Lewati pohon pohon rindang dahan lengkung laba laba kemalaman, bintang bulan , gemericik sungai, pohon kates jambu papaya ketela ah banyak sekali hingga nafasku terjegal sejenak tuk memutar kata lagi..
Rumput sejumput kupungut beringsut dari lembab yang jadi sarang nyamuk dan cacing cacing, kubawa pulang rumput demi oleh oleh tanah pekarangan..

(rumahku ada dikota teman) sebab rumahku hanya beton dari alas besi cor hingga sulit aku mencari meski sejumput rumput.
Dulu pernah juga sebatang rumput tumbuh diatas telingaku begitu hijau sejukan mata para akar akar sekitar rumahku..

namun para raksasa telah memotongnya dengan geram sehingga telingaku ikut tercuil namun tiada darah hanya tetesan airmata dari sepasang hati.
lalu Raksasa itu menari nari setelah memotong rumput diatas telingaku..menebasnya dengan parang yang teramat tajam ..sekilas kubaca logo branded!!

di ujung gagang parang..mereknya local branded!!
Ah ternyata anak negeri sudah pintar bikin senjata bagi kawan..tapi itu dulu sebelum aku kembali menemukan rumput yang masih bertengger di remang cahaya rembulan.
Senyum yang lelah kucari dari rumput telah kutemukan lagi,

segera kan kupinang dalam tenggok besar atau dalam pot ukuran kaisar agar lega saat kusiran kuguyur pupuk yang buat dia segar..hahaha aku suka saat menanamnya.
Semoga saja raksasa tidak lagi kembali tidak ganggu rumputku lagi biar kumohon pada Tuhanku agar dia mati dalam gudig dalam borok yang mengiris perlahan lalu tertikam golok “brandednya” sebab alam sudah aku mencari ganti rumput yang tumbuh diatas telingaku.
Ah kawan rumahku sudah dekat kusudahi saja ceritaku ini..biar esok aku dapat bercerita pada anak cucu kalian dan pada istri istri yang lelah menanti dirumah..
Tapak tapak ini semakin merekah dalam riangnya pohon dan jengkerik yang bernyanyi di penghujung malam..

Salam
diari mawar hitam

 

 
 
KEMBALI KE ATAS


 
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free