Ditepian senja
Ditepian batas cakrawala senja kota
Menata lembar lembar jiwa cintaku
Membaca tutur kata penuh asmara
Meraut gurat gurat dibatas rasa
Ketika senja mulai luluh menua
Berganti angan angan dalam malam
Lembar lembar yang letih kutata
Terhambur seteras hati rindu dendam
Berlesung lesung manisnya saat kubaca
Sebarkan kupu dalam indahnya bintang
Berjuta luberan sungai rindu berkuasa
Tenggelamkan diri sedalam rasa bimbang
Sedari dulu sebelum tautan prasangka
Cintaku telah mengantri diujung rindu
Atas nama cintaku …berilah asmara
Berikan ikatan yang erat bagiku
Sebelum hantu hantu kelam mendekat
Membawamu ditempat para sesat jiwa
Menaburmu dalam riuh angin rebut
Lalu membuangmu sedalam sampah kota
Berikan senyum tebar cahaya cinta
Oh wanitaku berikan sedikit tuturan
Agar diriku menjauhi sesatnya dunia
Rapikan lagi lembar lembar kasmaran
Val
08-may-2008/menata lembar cinta
Gundulmesem@yahoo.com
Sesisi opera senja
Opera senja hampir hilang pandang
Terlalu sering topengnya disebut mati
Meski hingga kini topeng melenggang
Disaat senja mulai menua disini
Melihat lakon buruh tani desa
disuapi buahnya rakus muka iblis!!
Sawah ladang hilang dicakar raksasa
Diinjak sekecil semut yang menangis
menjerit lakon rautnya penyapu jalan
Sekitar gajinya hanya untuk keluarga
Disaat harga harga menggila karuan!!
Ikuti saja gilanya lakon dalam opera
Didalam gorong gorong kotanya tikus
Lakon lakon raksasa tikus bertahta
Menggigit jiwa terasa sakit mengiris
Pintar mereka mencipta palsu berita
Opera senja ditenggelamnya senja kalbu
Menantang setiap ruwetnya benang dusta
Mengupas peliknya jiwa jiwa sembilu
aku melakon diriku, dirimu .. siapa?
Val
09-may-2008/opera para manusia
Gundulmesem@yahoo.com
Jadikan aku pujangga
Tarian awan disaksikan riuhnya camar
Dicakrawala batas dunia para manusia
Sedang dirimu masih dicermin sesumbar
Tentang baitan baitan indah berpencar
Terlalu banyak bunga bunga mekar
Sedang bagi yang terkapar secuilpun
Harusnya bukan hanya asmara tebar
timbanglah jaga diri jangan dituntun
dari batasan kalbu sesungguh kupancar
saat kuutarakan sesisi opera kelam
bukannya tanam sulur dendam kubur
jika masih dunia pastimu tenggelam
dalam rautnya gemilang cermin cinta
gemerlap silau mata hingga mengakar
mengertilah semua hanya kisah mereka
Maafku pabila terdengar sukar dinalar
**val
09-may-08/disini banyak pujangga cinta
jadinya aku pujangga jelata
Mantra cinta
Dalam kuil hati kurajut seluruh
Kutabur bunga mawar dan semboja
Daraskan hati yang mulai bergemuruh
Mencoba menyalin suara suara cinta
Dengan pena hati yang baru
torehan kata demi kata terabit
rangkum kata sedalam laut kalbu
sedang rasa ini semakin mempersulit
disini diriku menyurat dalam asmara
bersimpuh dalam tangisan penuh haru
daraskan mantra mantra jiwa pecinta
kutuliskan dalam larik larik hatiku
dengan bantuan angin semesta kukabar
dalam aliran sungai kulayarkan hatiku
terpoles cahaya mentari pagi menjalar
akarnya adalah menusuk hingga tulangku
tersembunyi dalam senyum para pujangga
terjabar diatas lembar lembar malam
kilaunya terangi lorong gelap surya
kutuliskan murni mantra cinta terdalam
**val
Jiwa tercecer
Seorang pengemis buta bercanda
sepertinya serak merogoh hatiku
Menusuk hatiku dengan jarumnya
Memaksa meski kulihat membisu
Matanya sayu seakan membatu
Bibirnya terbungkus akar cerita
Tulangnya seakan terukir paku
Saat senja meraja melalapnya
Garis tepi jalanan hidupnya
Tipis tebal hanyalah bualan
Semua terasa bernyanyi sayu
dunia kecilku semukan nyaman
Meskipun ribun sudut mencaci
rentang tulang dalam karang
panaskan hati pengemis termaki
remukan menjadi abu terbuang
disaat tanganmu menjulur padaku
recehan terkeping memutar jiwa
menisik setiap doa bagimu
hatiku ingin rengkuh dukanya
**val